1931 words
10 minutes
Introduction to Decentralised Science (DeSci)

Cover image generated by Freepik AI

Akhir-akhir ini sedang ramai yang membicarakan mengenai DeSci atau decentralised science. Mungkin teman-teman bertanya apa itu decentralized science, mengapa kita perlu tahu decentralised science, dan apa manfaatnya bagi kita. Wait, before diving deeper into the concept of decentralised science yuk kenalan dulu dengan teknologi blockchain yang mempelopori lahirnya konsep decentralised science ini.

Sekitar satu dekade terakhir ini dunia dihebohkan dengan konsep teknologi buku besar terdistribusi atau sering dikenal dengan distributed ledger technology (DLT) dan blockchain sebagai bagian dari itu memiliki potensi untuk mentransform dunia finance dan ruang teknologi. Berkembangnya begitu cepat, banyak perusahaan berlomba-lomba memanfaatkan teknologi blockchain yang didalamnya mengadopsi cryptocurrency, smart contract, dan decentralized autonomous organizations (DAOs) yang mana adopsi ini sebagai upaya meningkatkan dunia lebih modern dan transparant.

Setelah terjadinya kemajuan yang begitu pesat dibidang finance atau dikenal dengan decentralised finance yang mengadopsi blockchain, banyak bidang lain mulai inisiatif mengadopsi konsep blockchain dan ingin mendapatkan manfaat darinya untuk menciptakan cakupan yang luas yang mana use case dari DLT itu sendiri. Salah satunya dari bidang science atau yang sedang kita bicarakan saat ini yaitu decentralised science.

What is Decentralised Science (DeSci)#

DeSci atau decentralised science adalah platform terdesentralisasi untuk mendanai, membuat, mengkaji, menyimpan, dan menyebarkan pengetahuan ilmiah secara adil menggunakan teknologi blockchain.

DeSci bertujuan membuat ekosistem dimana scientists atau ilmuan yang kita kenal diberi insentif untuk membagikan penelitian atau kajian mereka secara terbuka tanpa intervensi pihak lain, serta memungkinkan bagi siapapun dapat turut andil dalam mengakses dan berkontribusi pada penelitian tersebut dengan mudah.

Hmm, kedengarannya menarik bukan? Tapi apa sih yang melandasi konsep decentralised science muncul?

Why Decentralized Science (DeSci) Emerges as a Solution#

Dikutip dari artikel Stanford Law School yang berjudul Unlocking Scientific Innovation Through Decentralized Science bahwa :

Hal yang menjadi big problem untuk di abad-21 saat ini di bidang science adalah funding atau pendanaan, kurangnya transparansi, dan tantangan dalam proses peer review suatu penelitian.

Berdarkan data, terjadinya penuruan trend grafik dari tahun ke tahun dalam tingkat disruptiveness (penurunan inovatif) pada penelitian ilmiah (papers) dan hak paten.

Papers and patents

New University of Minnesota study published Papers and patents are becoming less disruptive over time

Dari data di atas, penurunan disruptiveness score pada penelitian ilmiah (papers) antara tahun 1945 dan 2010 berkisar di antara 91,9% untuk social sciences sedangkan untuk physical sciences penurunannya mencapai sama dengan 100%. Selain itu hak paten sendiri, penurunannya antara tahun 1980 dan 2010 berkisar di antara 78,7% untuk computers and communications sedangkan untuk drugs and medical penurunannya mencapai 91,5%.

Those are some shocking numbers, right?

Tapi-tapi professor di kampus saya sering kok melakukan penelitian ilmiah even tiap tahun ada…?

Hmm menarik untuk dibahas, jadi perlu diingat data grafik di atas menggunakan “disruptiveness score”, which is didasarkan pada pola kutipan 5 tahun setelah publikasi, untuk menilai sejauh mana makalah dan paten mendorong ide ke arah yang baru. So, apa hubungannya?

Dari case pertanyaan di atas, untuk penelitian ilmiah yang dilakukan professor di suatu universitas saat ini are less likely to be disruptive, atau bisa dibilang membuat penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya menjadi usang yang mana penelitian yang dilakukan professor Anda hanya akan mendorong ilmu science and technology ke arah yang baru. Dalam hal ini, paper atau makalah-makalah dan paten saat ini lebih cenderung konsolidasi disitu-situ saja, dan tidak membawa impact besar pada kehidupan manusia saat ini.

Sebagai contoh, kita pasti sudah kenal dengan ilmuan pencetus teori relativitas khusus dan relativitas umum. Yap benar Albert Einstein, teman-teman mungkin perlu tahu dalam makalah Albert Einstein yang berjudul On the Electrodynamics of Moving Bodies, ia memperkenalkan konsep bahwa waktu itu tidak absolut, melainkan relatif terhadap pengamat dan itu merupakan penyempurnaan konsep waktu yang dicetuskan oleh ilmuan bernama Isac Newton tentang mekanika newton. Dari hal tersebut menghasilkan rumus E = mc² yang kita kenal sekarang. Fun fact-nya jarak waktu dari Newton ke Einstein itu sekitar 200 tahunan.

Disini kita tidak membahas Fisika melainkan konsep-konsep peneliti ilmiah terdahulu tidak menjadikan patokan tahun sebagai tolak ukur penelitian. Kalau kita lihat, ilmuwan seperti Newton dan Einstein, mereka tidak berlomba-lomba menerbitkan banyak publikasi dalam waktu singkat. Sebaliknya, mereka mendalami masalah besar dalam ilmu pengetahuan yang membutuhkan waktu bertahun-tahun, bahkan berabad-abad, untuk mendapatkan solusi.

Namun, trend peneliti saat ini seperti “low-hanging fruit” which is peneliti melakukan riset-riset hanya mengambil tema atau pendekatan paling mudah dan cepat untuk diselesaikan. Para peneliti cenderung memilih topik-topik riset yang sudah mapan, dengan metodologi yang standar, dan peluang publikasi yang tinggi, dibandingkan mengejar permasalahan fundamental yang membutuhkan pemikiran mendalam dan waktu bertahun-tahun untuk diselesaikan.

Selain itu, budaya penelitian “publish or perish” yang cukup marak, di mana kesuksesan peneliti lebih diukur dari jumlah publikasi atau paten yang dihasilkan, bukan dari dampak nyata dari penelitiannya. Akibatnya, sekarang banyak peneliti yang lebih mementingkan kuantitas dibandingkan kualitas.

Associate Professor Carlson School of Management Russell Funk dan doctoral student-nya Michael Park dari University of Arizona itu bilang:

Sebenarnya banyak peneliti yang memiliki inovasi yang dapat memiliki impact besar dari berbagai bidang. Tetapi balik lagi, mostly peneliti khawatir untuk menerbitkan makalah tersebut secepat mungkin karena punya tekanan atau batasan dari intervensi pihak tertentu, baik itu si pemberi funding atau semacamnya. Menyebabkan peneliti mengurangi waktu untuk membaca secara mendalam atas penilitian mereka sendiri yang dapat menghasilkan inovasi disruptif yang mungkin terlewatkan akibat tuntutan publikasi yang serba cepat dan instan.

Maksud dari inovasi disruptif itu adalah perubahan besar yang mengubah cara kita melakukan sesuatu. Simpelnya seperti internet yang kita pakai saat ini yang mana ilmuwan seperti Vint Cerf, Tim Berners-Lee, dan lainnya menciptakan internet, yang benar-benar mengubah cara manusia berkomunikasi, bekerja, dan berbagi informasi.

Sebenarnya masalah penelitian yang dijabarkan di atas itu bisa terjadi karena berbagai alasan, beberapa di antaranya adalah semakin meningkatnya pendanaan yang sentralisasi dan koordinasi yang berbeda-beda yang mana tidak memungkinkan terjadinya eksplorasi ilmu pengetahuan dan eksperimentasi yang meluas. Di sinilah DeSci (Decentralized Science) muncul sebagai solusi untuk membuka kembali pintu-pintu bagi inovasi ilmiah.

How DeSci Improves Science#

Adanya DeSci merupakan inovasi disruptif yang mengubah sistem TradSci atau tradisional science saat ini. DeSci menawarkan berbagai manfaat yang berpotensi merevolusi lanskap penelitian ilmiah. Di bawah ini adalah tabel yang menguraikan perbedaan dari DeSci dan TradSci.

FeatureTradSciDeSci
Funding ModelsBergantung pada grant atau dana hibah baik dari institusi atau lembaga pemerintah. Prosesnya super kompetitif dan kompleks.Lebih fleksibel karena ada sistem crowdfunding, DAOs, even investasi penelitian yang di-tokenized dan sistem micro-rewards bagi siapapun yang berkontribusi.
Access to ResearchKebanyakan paper masih “dikurung” di balik paywall jurnal akademik serta akses yang terbatas.Lebih bebas kerena fokusnya ke open-source, pre-prints, dan repositori berbasis blockchain mulai dari data, metode, sampai hasil penelitian.
CollaborationTerbatas di individual atau tim dalam institusi tertentu serta sistem birokrasi menyusahkan kolaborasi secara internasional.Lebih mudah kolaborasi lintas batas dan disiplin ilmu tanpa izin pihak tertentu. Komunitas bisa terbentuk dengan natural sesuai proyek.
Ownership & RewardsIntellectual property atau IP-nya dijaga secara ketat yang mana creditnya hanya fokus ke lead author dan corresponding author.Lebih fair sebab IP-nya bisa dipecah-pecah lewat tokenisasi serta sistem reward-nya yang detail bagi setiap kontribusi.
GovernanceTata kelola yang masih terpusat pada kampus, jurnal, sama lembaga funding menyebabkan keputusan yang lambat dan kurangnya transparansi.Lebih transparan karena menggunakan sistem DAO yang barbasis komunitas yang menentukan arah penelitian, alokasi dana, dan aspek lainnya.
Data IntegrityHanya mengandalkan integritas dari peneliti dan peer-review yang kadang bisa saja keliru.Lebih aman karena terintegrasi dengan teknologi blokchain yang tidak bisa di ubah oleh siapapun serta ada insentif buat replikasi studi.

Berdasarkan tabel di atas kita bisa lihat bahwa penggunaan teknologi blokchain dan teknologi terkait di DeSci tidak hanya memecahkan beberapa masalah terkait dengan praktik ilmiah tradisional, tetapi juga membuka pintu atau jalan baru untuk kolaborasi dan inovasi secara global.

Who does DeSci? DeSci projects and their participants#

DeSci landscape in 2024.

Overview of the DeSci landscape in 2024

Potensi DeSci bergerak tidak hanya teori tapi ke praktik. Yuk, let’s delve into real-world projects dimana teknologi blokchain dimanfaatkan untuk upaya penelitian yang lebih terbuka, transparan, dan kolaboratif.

DAOs (Decentralized Autonomous Organizations)#

Organisasi secara terdesentralisasi yang dikelola by community yang dapat terlibat dalam pendanaan dan pengambilan keputusan. Simplenya jika di TradSci yang kelola suatu lembaga atau universitas tertentu di DeSci yang mengelola itu adalah DAOs.

Disini yang membuat DAOs di DeSci menarik adalah pendekatan pengambilan keputusan yang terdesentralisasi. Melalui sistem governance berbasis token, setiap anggota komunitas—baik itu peneliti, donatur, maupun masyarakat umum—mendapat hak atas suaranya pada proposal project yang akan didanai atau diprioritaskan. Voting dilakukan secara transparan melalui smart contracts, sehingga semua proses penelitian jadi lebih terbuka dan bebas dari birokrasi yang rumit seperti yang sering terjadi di lembaga penelitian tradisional saat ini.

Contohnya di sini seperti FrontierDAO yang berfokus untuk mendanai dan mendunkung penelitian dan inovasi dalam bidang sains, ruang angkasa, energi fusi, dan iklim.

Biotech & TechBio#

Bidang ini merupakan penghubung antara biologi dan teknologi yang memainkan peran penting pada penelitian biomedis, pengembangan obat, dan inovasi berbasis genetik. Protokol Molecule contohnya, sebuah protokol bioteknologi terdesentralisasi, membangun pasar web3 untuk IP yang berhubungan dengan penelitian biomedis. Salah satu project-nya yang bertujuan untuk memperpanjang usia manusia dan meningkatkan hasil kesehatan seiring bertambahnya usia.

Autophagy Activator Drug Discovery Platform

Image source Molecule project: Autophagy Activator Drug Discovery Platform

Dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa aktivasi autophagy dianggap sebagai pendekatan terapeutik yang menjanjikan untuk memerangi penuaan dan penyakit yang berkaitan dengan usia. Dengan memanfaatkan blockchain yang menawarkan penyimpanan, pembagian, dan analisis data kesehatan yang aman di berbagai platform. Hal ini, pada gilirannya, meningkatkan akurasi medis dan mendukung penelitian umur panjang tanpa mengorbankan privasi.

Data Storage & Protocols#

Disini membuat penyimpanan data dalam penelitian akan aman, immutable atau tidak dapat diubah oleh siapapun, terdesentralisasi, dan dapat diakses secara global. Platform seperti DeTech World memungkinkan untuk mengelola, memonetisasi, dan mendanai teknologi dan IP penelitian.

Communities & Chats#

DeSci World

Image source: DeSci World

Dengan adanya komunitas global untuk berbagi ide, diskusi, dan menciptakan kolaborasi, DeSci dipandang sebagai the next evolution of research. Komunitas DeSci World membantu untuk saling terhubung dengan memfasilitasi pertukaran pengetahuan antarpeneliti dan pelaku industri melalui global event.

Arts & NFTs#

Adanya NFT atau Non-Fungible Token peneliti dengan mudah untuk memverifikasi kepemilikan karya ilmiah, seperti makalah penelitian, kode sumber, atau data penelitian. Hal tersebut agar mencegah dari plagiarisme dan peneliti mendapatkan pengakuan atas kontribusi mereka. Plant Gang

Image source: Plant Gang

Plant Gang misalnya, memanfaatkan NFT untuk mengumpulkan data ilmiah dan memindai spesimen tanaman di dunia nyata. Plant Gang merupakan komunitas terdesentralisasi yang terdiri dari para ilmuwan, peneliti, dan penggemar tanaman yang berdedikasi untuk melindungi dan mengabadikan alam melalui koleksi spesimen yang dipindai secara 3D.

Publishing#

Dibandingkan menggunakan platform ilmiah tradisional yang seringkali mahal dan lambat, melalui platform DeSci memungkinkan para peneliti dengan mudah untuk membagikan hasil penelitiannya secara terbuka atau open-access dan siapa pun dapat mengaksesnya secara gratis.

Platform deScier memungkingkan publikasi karya ilmiah peneliti secara langsung dengan mudah dan peer-review quality, dengan mempertahankan 100% hak cipta atau copyright peneliti. Selain itu deScier juga menyediakan funding untuk peneliti dan merasakan experience yang dinamis dibandingkan platform tradisional science.

Conclusion on decentralized science#

Sejauh ini kita sudah membahas mengenai DeSci secara dalam, mulai dari apa itu DeSci, kenapa harus DeSci, bagaimana DeSci merevolusi TradSci, hingga siapa saja yang terlibat dalam ekosistem DeSci. Revolusi DeSci ini sebenarnya selaras dengan apa yang dimau oleh Robert Oppenheimer tentang pentingnya kebenaran ilmiah dan keterbukaan.

Seperti yang diungkapkan oleh Aleksandra Smilek seorang pakar DeSci:

Bahwa pentingnya menciptakan alat-alat yang berbasis teknologi terdesentralisasi, karena dengan alat-alat seperti ini merupakan solusi nyata tidak hanya membantu peneliti namun dapat bermanfaat kepada seluruh kehidupan masyarakat.

Namun seperti kita ketahui, masih ada beberapa jalan yang harus dilalui sebelum diadopsi sepenuhnya, karena para ilmuan atau peneliti saat ini perlu dididik dan dilatih dalam konsep teknologi blockchain. Selain itu, regulasi juga penting karena harus disesuaikan sama kondisi tiap negara.

Kira-kira, apakah Indonesia sudah siap untuk mengapdopsi DeSci? Dengan potensi keterbukaan dalam dunia riset dan kolaborasi global, apakah para ilmuan atau peneliti sudah siap melangkah ke dunia desentralisasi? Atau DeSci dianggap berbahaya karena terlalu berisiko atau bahkan bertentangan dengan metode ilmiah konvensional? Bagaimana menurutmu?

NOTE

Perlu diingat informasi di atas hanyalah merupakan edukasi berdasarkan data dan fakta. Penulis tidak berafiliasi dengan token/coin crypto manapun serta bukan ajakan untuk berinvestasi pada project tertentu.

Introduction to Decentralised Science (DeSci)
https://y-intelligence.vercel.app/posts/intro-desci/
Author
Y-Intelligence
Published at
2024-11-21